Ondol Sepanjang 1 Kilometer Jadi Rebutan di Festival Kuduran Budaya Banjarnegara 2025.// ist

Meriah! Ondol Sepanjang 1.000 Meter Warnai Festival Kuduran Budaya Banjarnegara

Banjarnegara – Ribuan warga tumpah ruah di Lapangan Desa Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Minggu (21/9/2025), untuk memperebutkan ondol, jajanan khas berbahan dasar singkong. Uniknya, jajanan tradisional berbentuk bulat itu dirangkai membentang hingga 1.000 meter atau sewu meter.

Tradisi ini menjadi puncak Festival Kuduran Budaya 2025, sebuah perayaan tahunan yang digelar warga Wanayasa sebagai bentuk pelestarian kearifan lokal dan pangan berbasis singkong.

Bupati Banjarnegara, Amalia Desiana, mengapresiasi antusiasme warga dalam menjaga warisan kuliner lokal.

“Saya bangga kepada warga Wanayasa yang konsisten menjaga dan merawat budaya ini. Semoga kekompakan dan kebersamaan ini menjadi kekuatan untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera,” ujarnya dikutip WargaJateng.com.

Menurut perwakilan panitia, Nono Sendawa, festival ini adalah wujud kreativitas seniman muda Wanayasa dengan ondol sebagai ikon utama. Jajanan berbahan singkong ini dikenal juga dengan sebutan ondol-ondol atau bola-bola singkong, karena bentuknya yang bulat.

“Agar lebih menarik, ondol ditusuk menggunakan lidi mirip sate, lalu disambung-sambung dengan plastik bening. Rangkaian itulah yang kemudian dibentangkan hingga sepanjang lapangan desa,” jelasnya.

Tak heran, suasana menjadi riuh ketika ribuan orang berebut jajanan tersebut. Seorang pengunjung, Wina, mengaku kecewa karena tak kebagian. “Baru setengah menit sudah ludes, jadinya saya nggak kebagian,” ujarnya dengan tawa ceria.

Festival Kuduran Budaya 2025 juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni, di antaranya Sendratari Bidadari Ondol yang dibawakan pelajar SMK Wanayasa, serta drama kolosal berjudul Bentang Ondol Sewu Meter.

Tak ketinggalan, kirab budaya yang menghadirkan rombongan Penembung (kepala desa, sesepuh, dan abdi dalem berbusana keraton), yang secara simbolis meminta izin kepada petani untuk mengambil singkong.

Barisan berikutnya menampilkan para ibu dan remaja putri yang berperan sebagai pemasak dan peracik ondol, serta ratusan pelajar Wanayasa yang bertugas membentangkan jajanan khas tersebut sepanjang satu kilometer.

BACA JUGA:  E-Voting di SMA Negeri 2 Temanggung: Efisien, Ramah Lingkungan, dan Minim Kecurangan

Festival ini tak hanya menjadi pesta rakyat, tetapi juga simbol kebersamaan dan kebanggaan masyarakat Banjarnegara terhadap pangan lokal. Makin Tahu Indonesia.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *