ilustrasi sampah makanan.// canva

60 Persen Sampah Pekalongan dari Sisa Makanan, Warga Diminta Ubah Pola Konsumsi

Pekalongan — Pemerintah Kota Pekalongan mengimbau masyarakat untuk mulai mengubah kebiasaan boros pangan, seperti membeli bahan makanan secara berlebihan, menjadi perilaku konsumsi yang lebih bijak sesuai kebutuhan.

Langkah ini menjadi bagian dari upaya pemerintah daerah dalam menekan timbunan sampah organik, terutama yang berasal dari sisa makanan rumah tangga.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dinperpa) Kota Pekalongan, Lili Sulistyawati, menjelaskan bahwa perilaku konsumtif dan kurangnya perencanaan belanja masih menjadi tantangan utama dalam pengelolaan pangan di masyarakat.

“Masyarakat diharapkan membeli bahan pangan sesuai kebutuhan. Jangan berlebihan, karena ketika tidak habis, sisa makanan akhirnya menjadi sampah,” ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (24/10/2025).

Menurut data pengelolaan persampahan di Kota Pekalongan, sekitar 60 persen total sampah merupakan sampah organik, dan sebagian besar di antaranya berasal dari sisa makanan rumah tangga. Kondisi ini menunjukkan bahwa persoalan sampah tidak hanya soal teknis pengelolaan, tetapi juga berkaitan erat dengan perilaku konsumsi masyarakat.

“Misalnya, ibu-ibu sering tergoda harga murah atau promo saat berbelanja di pasar, tanpa memikirkan daya tahan bahan makanan dan cara penyimpanannya. Akibatnya, bahan pangan cepat membusuk dan akhirnya dibuang,” jelasnya.

Lili menambahkan, kebiasaan membeli makanan berlebih tidak hanya menambah timbunan sampah organik, tetapi juga berpotensi menimbulkan bau tidak sedap, meningkatkan populasi lalat dan tikus, serta menghasilkan gas metana yang memperburuk emisi gas rumah kaca.

Selain itu, volume sampah organik yang tinggi turut mempercepat penurunan kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Degayu, yang kini sudah mulai padat.

Sebagai langkah solusi, Dinperpa Kota Pekalongan mendorong masyarakat untuk menerapkan pola konsumsi berkelanjutan, seperti membeli bahan pangan secukupnya, membuat rencana menu mingguan, serta memanfaatkan sisa makanan menjadi kompos, ecoenzyme, atau pakan ternak.

BACA JUGA:  HUT ke-80 RI, 8.737 Narapidana di Jawa Tengah Terima Remisi

Gerakan ini sejalan dengan kampanye “zero waste lifestyle” yang kini semakin banyak diterapkan di berbagai daerah di Indonesia.

Selain imbauan, Pemkot Pekalongan juga terus memperkuat edukasi publik melalui media massa, media sosial, dan penyuluhan langsung di tingkat kelurahan. Diharapkan, masyarakat bisa beralih dari pola konsumsi yang boros menjadi lebih hemat, peduli lingkungan, dan sadar pangan.

“Langkah sederhana seperti menghabiskan makanan di piring, menyimpan bahan pangan dengan benar, serta tidak berlebihan saat berbelanja merupakan bentuk nyata kepedulian terhadap bumi dan masa depan generasi berikutnya,” pungkas Lili. Makin Tahu Indonesia.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *